SELAMAT DATANG DI BLOG PUSKESMAS MEKARSARI

Senin, 28 Juni 2010

KANGKUNG BUKAN SAYURAN PENYEBAB KANTUK


Saat ini kangkung termasuk sayur yang sangat popular, biasanya diolah menjadi tumis dan cah diatas hotplate atau hanya sekedar lalapan mentah. Mitos yang selama ini berkembang di kalangaan masyarakat kangkung identik dengan sayuran yang dapat menyebabkan kantuk.
Karenanya sebagian orang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi kangkung di malam hari supaya tidak mengganggu aktivitas kerja. Benarkah konsumsi kangkung dapat menyebabkan orang mudah ngantuk?

Mitos yang menyatakan kangkung merupakan sayuran yang dapat menyebabkan kantuk sebenarnya terlalu berlebihan. Saat ini belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan kangkung dapat menyebabkan kantuk. Kenyataan yang ada, kandungan zat besi yang tinggi pada kangkung dapat membuat konsentrasi otak menjadi meningkat. Zat besi merupakan komponen terpenting dalam pembuatan sel-sel darah merah. Dengan meningkatnya produksi sel-sel darah merah, aliran oksigen ke seluruh tubuh, terutama ke otak, ikut meningkat sehingga membuat tubuh menjadi lebih segar dan bugar.

klik judul untuk baca lengkap

Senin, 21 Juni 2010

KEWAJIBAN WANITA SHOLIKHAH


Ada lima kewajiban wanita islam yang harus dilaksanakan oleh setiap
wanita yang ingin tergolong sebagai wanita yang shalihat, lima
kewajiban itu ialah :
@ wajibat diniyah,
@ wajibat syakhsiyah,
@ wajibat baitiyah,
@ wajibat ijtimaiyah,
@ dan wajibat wathaniyah


 1. Wajibat Diniyah Ialah kewajiban membuktikan ketinggian islam diatas nilai, ideologi, dan tatanan hidup lainnya.Untuk membuktikan ketinggian islam ada tiga langkah yang harus ditempuh oleh para wanita Islam.
Pertama, memiliki akhlak yang karimah (mulia).
Kedua, meningkatkan ilmu dan kecerdasan.
Ketiga, memperbanyak amal,gerak, dan perjuangan yang baik.

klik judul untuk baca selengkapnya

Minggu, 13 Juni 2010

Mendeteksi Gejala Kurang Hormon Testosteron


Hormon Testosteron atau hormon seks pria sejatinya akan menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan level testosteron ini biasanya ditandai dengan beberapa gejala yang mirip dengan gejala akibat proses penuaan.

Tanda apa saja yang menunjukkan terjadinya defisiensi testosteron?

Testosteron selama ini dikenal sebagai hormon laki-laki, tapi hormon ini juga diperlukan perempuan. Jika kadar hormon ini menurun maka akan muncul keluhan dan bisa menurunkan kualitas hidup seseorang.

"Testosteron diperlukan untuk merangsang otot, tulang, darah, energi, fungsi seksual seperti ereksi dan orgasme, fungsi kognitif dan kenyamanan secara umum," ujar Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS dalam acara simposium nasional PERKAPI dengan tema Pencegahan dan Penanggulangan Penuaan Dini di Hotel JW Marriot, Jakarta, Sabtu (15/5/2010).

Prof Wimpie menuturkan ada beberapa gejala yang timbul jika seseorang mengalami penurunan kadar testosteron, yaitu:

Untuk perempuan:
Motivasi seksual yang menurun.
Penurunan lubrikasi vagina dan juga fantasi seksnya.
Kepadatan tulang dan massa otot yang berkurang.
Frekuensi insomnia yang meningkat.
Sering mengalami sakit kepala tanpa sebab.

Untuk laki-laki:
Komposisi tubuh yang berubah terutama meningkatnya lemak di perut.
Rambut yang mulai berkurang.
Fungsi seksual yang menurun.
Gangguan tidur dan suasana hati.
Penurunan rasa kenyamanan seperti lelah, depresi, bingung dan berkeringat di malam hari.

"Untuk mendiagnosis penurunan testosteron ini didasarkan pada gejala yang muncul, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan laboratorium. Pada laki-laki biasanya melakukan Aging Males Symptom (AMS) scale, sedangkan pada perempuan hanya berdasarkan gejala dan pemeriksaan laboratorium," ungkap Prof Wimpie.

Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami defisiensi testosteron atau tidak, bisa dengan cara menjawab pertanyaan berikut ini:

1. Apakah libido dan dorongan seksual menurun akhir-akhir ini?
2. Apakah merasa lemas dan kurang bertenaga?
3. Apakah daya tahan dan kekuatan fisik menurun?
4. Apakah tinggi badan berkurang?
5. Apakah merasa kenikmatan hidup mulai menurun?
6. Apakah sering merasa kesal atau mudah marah?
7. Apakah kekuatan ereksi kurang kuat?
8. Apakah merasakan penurunan kemampuan dalam berolahraga?
9. Apakah sering mengantuk dan tertidur setelah makan malam?
10. Apakah merasakan adanya perubahan atau penurunan prestasi kerja?

"Jika jawaban no 1 dan 7 adalah 'ya' atau ada 3 jawaban yang 'ya' selain pada no tersebut, kemungkinan kadar testosteronnya menurun. Tapi hal ini harus dicek lagi dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium," ujar Prof Wimpie yang juga menjadi ketua Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI).

Untuk mengatasi hal ini bisa dengan cara melakukan testosteron replacement theraphy, yaitu sejenis terapi dengan cara memberikan hormon testosteron yang fungsinya sama dengan testosteron alami di dalam tubuh. Terapi testosteron ini ada dalam bentuk pil atau gel yang berguna untuk short acting dan melalui injeksi untuk long acting.

Untuk perempuan biasanya hanya menggunakan yang short acting dan dosisnya hanya sepertiga atau seperempat dari dosis untuk laki-laki.

"Pengobatan ini berlangsung jangka panjang, sehingga harus terus dimonitor agar bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Diperlukan monitoring selama waktu 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan untuk melihat hasilnya dan ada efek samping atau tidak," imbuhnya.

Perawatan testosteron ini tidak hanya meningkatkan fungsi seksual, tapi juga semua aspek yang berperan dalam meningkatkan kualitas hidup.

Berdasarkan penelitian di Departemen Andrologi dan Seksologi Universitas Udayana ditunjukkan bahwa terapi testosteron ini dapat meningkatkan jumlah pembuluh darah dan merangsang jaringan fibrovasculer.


Sumber: Vera Farah Bararah - detikHealth

3 Bulan Tanpa Seks, Pria Dewasa Bisa Seperti Anak-Anak

 


Hormon testosteron atau hormon seks pria umumnya menurun seiring bertambahnya usia. Tapi seorang ahli berpendapat, pria yang tidak melakukan hubungan seks selama 3 bulan pun dapat mengalami penurunan testosteron secara drastis yang kadarnya seperti anak-anak.

Banyak orang yang berpikir bahwa testosteron rendah adalah sesuatu yang mempengaruhi pria yang sudah tua. Namun, ternyata testosteron tak hanya berkaitan dengan usia. Bahkan, pria usia 30 hingga 40 tahun merupakan mangsa dari testosteron rendah. 
"Setelah 3 bulan tanpa seks kadar testosteron dapat turun secara dramatis, hampir sama dengan kadar testosteron pada anak-anak," ujar Emmanuele A. Jannini, profesor endokrinologi dari Universitas L'Aquila di Italia, seperti dilansir dari NationalGeographic, Rabu (2/6/2010).

Hubungan seksual yang sehat dan teratur dipercaya dapat menjaga tingkat testosteron tetap stabil. Terlebih lagi, kehidupan seks yang sehat dapat menjauhi risiko terkena serangan jantung, stroke dan meningkatkan kualitas hidup.
(klik judul untuk baca selengkapnya)